TREMATODA HATI
2.1. Clonorchis sinensis (Opisthorchis sinensis)
Kingdom :
Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Ordo : Opisthorchiida
Family : Opisthorchiidae
Genus : Clonorchis
Spesies : Clonorchis sinensis
Phylum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Ordo : Opisthorchiida
Family : Opisthorchiidae
Genus : Clonorchis
Spesies : Clonorchis sinensis
Clonorchis sinensis,
yang kebetulan hati Cina, adalah hati manusia kebetulan di kelas Trematoda
, Phylum Platyhelminthes . Ini parasit
tinggal di hati
manusia, dan ditemukan terutama di umum saluran empedu
dan kantong empedu , makan pada empedu
. Hewan ini, yang diyakini menjadi lazim parasit cacing yang paling ketiga di
dunia, adalah endemik untuk Jepang
, Cina
, Taiwan
, dan Asia Tenggara
, saat ini menginfeksi suatu manusia diperkirakan 30.000.000. sinesnsis
Clonorchis adalah parasit
opisthorchid trematoda yang menginfeksi kucing dan manusia di
negara-negara tropis dan subtropis di Asia.
2.1.1. Siklus Hidup & Morfologi
Clonorchis sinensis
dewasa memiliki bagian-bagian tubuh utama: pengisap oral, faring, usus buntu,
pengisap ventral, vitellaria, rahim, ovarium, 'kelenjar Mehlis
, testis, kandung kemih exretory.
Telur dari Clonorchis sinensis (umumnya: manusia), yang berisi
mirasidium yang berkembang ke dalam bentuk dewasa, mengapung di air tawar
sampai dimakan oleh siput.
2.1.1.1. Hospes Perantara Pertama
Siput air
tawar Parafossarulus
manchouricus - sinonim: striatulus Parafossarulus, sering
berfungsi sebagai hospes
perantara pertama untuk sinensis Clonorchis di Cina, Jepang,
Korea dan Rusia.
Host bekicot
lain termasuk:
Begitu berada di dalam tubuh siput, mirasidium yang menetas dari telur,
dan tumbuh secara parasit dalam siput. mirasidium ini berkembang menjadi sebuah
sporosit, yang pada gilirannya memondokkan reproduksi
aseksual dari redia, tahap berikutnya. Para redia sendiri
memondokkan reproduksi aseksual cercaria berenang bebas. Sistem reproduksi aseksual
memungkinkan untuk persilangan eksponensial individu cercaria dari satu
mirasidium. Ini membantu para Clonorchis dalam reproduksi, karena
memungkinkan mirasidium untuk memanfaatkan satu kesempatan pasif dimakan oleh
siput sebelum telur mati.
Setelah redia dewasa, yang tumbuh di dalam tubuh bekicot sampai saat ini,
mereka secara aktif menanggung keluar dari tubuh siput ke lingkungan air tawar.
2.1.1.2. Hospes perantara Kedua
Di sana, sebagai ganti menunggu untuk dikonsumsi oleh hospes (seperti
yang terjadi dalam tahap telur mereka), mereka mencari ikan. Bosan dengan cara
mereka masuk ke dalam tubuh ikan, mereka kembali menjadi parasit hospes baru
mereka.
Setelah masuk dari otot ikan, cercaria yang membuat kista metacercarial
pelindung yang dapat digunakan untuk mengenkapsulasi tubuh mereka. Kista
pelindung ini terbukti bermanfaat ketika otot ikan dikonsumsi oleh manusia.
2.1.1.3. Hospes Definitif
Kista tahan asam memungkinkan metaserkaria untuk menghindari dicerna oleh
asam lambung manusia, dan memungkinkan metaserkaria untuk mencapai usus kecil
terluka. Mencapai usus kecil, metaserkaria yang menavigasi ke hati manusia,
yang menjadi habitat akhir. Pakan Clonorchis pada empedu
manusia diciptakan oleh hati
. Dalam hati manusia, Clonorchis mencapai tahap yang matang dari reproduksi
seksual . Orang-orang dewasa hermafroditik menghasilkan telur setiap
1-30 detik, sehingga perbanyakan cepat penduduk di hati.
Penjelasan singkat :
Telur - Larva Mirasidium - Sporokista
- Larva (II) : Redia - Larva (III) : Serkaria -Larva(IV) : Metaserkaria, masuk ke dalam tubuh Ikan kemudian termakan oleh Orang Cacing dewasa, menyebabkan Clonorchiasis.
Morfologi
Telur :
Telur :
1. Bentuk seperti botol ukuran 25–30µm
2. warna kuning kecoklatan
3. Kulit halus tetapi sangat tebal
4. Pd bagian ujung yg meluas terdapat
tonjolan
5. Berisi embrio yg bersilia
(miracidium)
6. Operculum mudah terlihat
7. infektif untuk siput air
Cacing Dewasa :
1. Ukuran 12 – 20 mm x 3 – 5 mm
2. Ventral sucker < oral sucker
3. Usus (sekum) panjang dan mencapai
bag. Posterior tubuh
4. Testis terletak diposterior tubuh
& keduanya mempunyai lobus
5. Ovarium kecil terletak
ditengah (anterior dari testis)
2.1.2. Patologi dan Gejala Klinis
Perubahan patologi terutama
terjadi pada sel epitel saluran empedu. Pengaruhnya terutama bergantung pada
jumlah cacing dan lamanya menginfeksi, untungnya jumlah cacing yang menginfeksi
biasanya sedikit. Pada daerah endemik jumlah cacing yang pernah ditemukan
sekitar 20-200 ekor cacing. Infeksi kronis pada saluran empedu menyebabkan
terjadinya penebalan epithel empedu sehingga dapat menyumbat saluran empedu.
Pembentukan kantong-kantong pada saluran empedu dalam hati dan jaringan
parenchym hati dapat merusak sel sekitarnya. Adanya infiltrasi telur cacing
yang kemudian dikelilingi jaringan ikat menyebabkan penurunan fungsi hati.
Gejala asites sering ditemukan pada kasus yang berat, tetapi
apakah ada hubungannya antara infeksi C.
sinensis dengan asites ini masih belum dapat dipastikan. Gejala joundice
(penyakit kuning) dapat terjadi, tetapi persentasinya masih rendah, hal ini
mungkin disebabkan oleh obstruksi saluran empedu oleh telur cacing. Kejadian
kanker hati sering dilaporkan di Jepang, hal ini perlu penelitioan lebih jauh
apakah ada hubungannya dengan penyakit Clonorchiasis.
Cacing ini menyebabkan iritasi pd saluran empedu dan penebalan dinding
saluran dan Perubahan jaringan hati yang berupa radang sel hati
Gejala dibagi 3 stadium:
Gejala dibagi 3 stadium:
-
stadium ringan tidak ada gejala
-
stadium progresif ditandai dengan menurunnya nafsu
makan,
diare, edema, dan pembesaran hati
diare, edema, dan pembesaran hati
-
stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal
terdiri
dari pembesaran hati, edema, dan kadang-kadang menimbulkan
keganasan dlm hati, dapat menyebabkan kematian
dari pembesaran hati, edema, dan kadang-kadang menimbulkan
keganasan dlm hati, dapat menyebabkan kematian
2.1.3. Diagnosa
Diagnosa didasarkan pada isolasi feses telur C. sinensis bersama dengan adanya tanda-tanda pankreatitis atau primary. Beberapa kucing
mungkin menunjukkan penyakit kuning dalam kasus-kasus lanjutan
dengan parasit beban berat. Sejumlah cacing hati lain yang mempengaruhi kucing,
seperti viverrini Opisthorchis , dan felineus Opisthorchis , dapat
dibedakan dengan pemeriksaan miscoscopic atau yang lebih baru tes PCR.
Konfirmasi biasanya dibuat pada laparotomi eksplorasi dan visualisasi
cacing dalam pohon bilier atau kandung empedu dari kucing yang terkena dampak.
2.1.4. Pengobatan
Pengobatan untuk parasit ini adalah sama
dengan trematoda lainnya, terutama melalui penggunaan praziquantel sebagai obat pilihan pertama. Obat
diberikan pada 5 mg / kg stat, atau mingguan. Obat yang digunakan
untuk mengobati infestasi mencakup triclabendazole
, praziquantel
, bithionol
, Albendazole
dan mebendazol.
2.2.
Fasciola
hepatica (Cacing
Hati)
Kingdom : Animalia
Phylum :
Platyhelminthes
Kelas :
Trematoda
Ordo :
Echinostomida
Genus : Fasciola
Spesies : Fasciola
Hepatica
2.2.1. Siklus Hidup
Hospes Definitif :
Manusia, kambing dansapi
Hospes Perantara : I.
Keong air (Lymnea) II. Tanaman air
Nama penyakit : fasioliasis
Cacing ini tidak mempunyai anus dan
alat ekskresinya berupa sel api. Cacing ini bersifat hemaprodit, berkembang
biak dengan cara pembuahan sendiri atau silang, jumlah telur yang dihasilkan
sekitar 500.000 butir. Hati seekor domba dapat mengandung 200 ekor cacing
atau lebih. Karena jumlah telurnya sangat banyak, maka akan keluar dari tubuh ternak melalui saluran empedu atau usus bercampur kotoran. Jika
ternak tersebut mengeluarkan kotoran, maka telurnya juga akan keluar, jika
berada di tempat yang basah, maka akan menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium.
Larva tersebut akan berenang, apabila bertemu dengan siput Lymnea
auricularis
akan menempel pada mantel siput. Di dalam tubuh siput, silia sudah tidak
berguna lagi dan berubah menjadi sporokista. Sporokista dapat
menghasilkan larva lain secara partenogenesis yang disebut redia yang
juga mengalami partenogensis membentuk serkaria. Setelah terbentuk
serkaria, maka akan meninggalkan tubuh siput dan akan berenang sehingga dapat
menempel pada rumput sekitar kolam/sawah. Apabila keadaan lingkungan tidak
baik, misalnya kering maka kulitnya akan menebal dan akan berubah menjadi metaserkaria.
Pada saat ternak makan rumput yang mengandung metaserkaria, maka sista akan
menetas di usus ternak dan akan menerobos ke dalam hati ternak dan berkembang
menjadi cacing muda, demikian seterusnya.
Penjelasan Singkat
Telur –> Larva Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea –> Sporokista –> berkembang menjadi Larva (II) : Redia –> Larva (III)
: Serkaria yang berekor,
kemudian keluar dari tubuh keong –> Kista
yang menempel pada tetumbuhan air (terutama selada air –> Nasturqium officinale) kemudian
termakan hewan ternak (dapat tertular ke orang, apabila memakan selada air)
–> masuk ke tubuh dan menjadi Cacing
dewasa menyebabkan Fascioliasis.
Ciri-ciri morfologi Fasciola
hepatica
·
Bersifat
hermaprodit.
·
Sistem
reproduksinya ovivar. Bentuknya menyerupai daun berukuran 20 – 30 mm x 8 – 13
mm.
·
Mempunyai
tonjolan konus (cephalis cone) pada bagian anteriornya.
·
Memiliki
batil isap mulut dan batil isap perut.
·
Uterus
pendek berkelok-kelok.
·
Testis
bercabang banyak, letaknya di pertengahan badan berjumlah 2 buah
2.2.2. Patologi dan Gejala klinis
Terjadi sejak larva masuk kesaluran
empedu sampai menjadi dewasa. Parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada
saluran empedu dan penebalan dinding saluran. Selain itu, dapat terjadi
perubahan jaringan hati berupa radang sel hati. Pada keadaan lebih lanjut dapat
timbul sirosis hati disertai asites dan edema. Luasnya organ yang mengalami
kerusakan bergantung pada jumlah cacing yang terdapat disaluran empedu dan
lamanya infeksi gejala dari penyakit fasioliasis biasanya pada stadium ringan
tidak ditemukan gejala. Stadium progresif ditandai dengan menurunnya nafsu
makan, perut terasa penuh, diare dan pembesaran hati. Pada stadium lanjut
didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari perbesaran hati,
ikterus, asites, dan serosis hepatis.
2.2.3. Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan yang dapat diberikan antara lain:
·
Heksakloretan
·
Heksaklorofan
·
Rafoxamide
·
Niklofolan
·
Bromsalan
yang disuntikkan di bawah kulit
Cara-cara pencegahan
·
Tidak
memakan sayuran mentah.
·
Pemberantasan
penyakit fasioliasis pada hewan ternak.
·
Kandang
harus dijaga tetap bersih, dan kandang sebaiknya tidak dekat kolam atau
selokan.
·
Siput-siput
disekitar kandang dimusnakan untuk memutus siklus hidup Fasciola hepatica.
2.3. Opistorchis felineus
Klasifikasi
Kelas
: Trematoda
Ordo
: Prosostomata
Famili : Opistorchoidae
Genus : Opistorchis
2.3.1. Penyebaran
Ditemukan di Eropa Tengah, Siberia dan
Jepang. Parasit ini ditemukan pada manusia di Prusia, Polandia dan Siberia
ditemukan di Jepang yang bukan daerah endemik Clonorchiasis.
Cacing dewasa panjangnya kira-kira 1 cm hidup
dalam saluran empedu dan hati manusia serta kucing. Telur besarnya kira-kira 30
mikron.
Siklus hidup patologi dan klinik
diagnose dan pengobatannya hamper sama dengan C. sinensis.
Hospes definitifnya manusia dan hosper
reservoarnya adalah kucing, anjing, babi dan serigala.
Daur
hidup
Telur
bermirasidium dalam proses à
hospes perantaran I (menetas keluar mirasidiumnya) à
redia (serkaria) à hospes perantara II (metaserkaria) à
Manusia (terjadi eksistasio di dalam usus) à terus
kesaluran empedu à
hati à
dewasa.
Hospes
perantara pertama : siput air tawar, bithynea iechi.
Hospes
perantara kedua : ikan jenis idus dan tinca.
2.3.2. Morfologi
Ciri-ciri
khusus :
1. Ukuran
: panjang 7-8 mm
Lebar
2-3 mm
2. Bentuk
lebih panjang atau langsing.
3. Kutikula
tertutup duri.
4. Oral
sucker lebih terminal. asetabulum pada 1setengah bagian tubuh depan (1/4 dari
seluruh panjang tubuh)
5. Besar
oral sucker = besar ventral sucker.
6. Sekum panjang tak bercabang
7. Testis
berlobi miring satu sama lain
8. Kelenjar
vitelin S pada tengah badan.
2.4. Opisthorchis viverrini
2.4.1.
Penyebaran
Ditemukan
endemik di Thailand. Morfologi dan lingkaran hidupnya sama dengan O. felineus. cara infeksi makan ikan
mentah mengandung mirasidium.
2.4.2. Morfologi
Perbedaan
morfologi dari parasit ini dengan O. felineus
adalah vitellarianya berkelompok-kelompok dan testis serta ovariumnya lebih
besar ukurannya.
2.4.3.
Gejala Klinik
Pada infeksi berat terjadi diare,
rasa nyeri di ulu hati, dan icterus enteng, fibrosis periportal dari hati,
terjadi peradangan pada saluran empedu dengan hyperplasi epitel.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ada
4 jenis Trematoda Hati, yaitu:
1.
Clonorchis sinensis
(Opisthorchis sinensis)
2.
Fasciola hepatica
3.
Opistorchis felineus
4.
Opisthorchus
viverrini
Trematoda hati memiliki
daur hidup, morfologi, patologi, gejala klinis, diagnosis, pengobatan dan
pencegahan yang sedikit berbeda untuk setiap spesies cacing trematoda hati,
tetapi ada pula yang sama.
3.2. Saran
Disarankan agar para
pembaca boleh mengenal cacing-cacing hati ini agar bisa waspada sehingga
terhindar dari parasit yang membahayakan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Þ
Safar Rosdiana. 2009. Parasitologi Kedokteran: Protozoologi
Helmintologi
Entomologi.
Bandung : Yrama Widya
Þ
Irianto Koes. 2009. Panduan Praktikum Parasitologi Dasar. Bandung : YramaWidya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar